CONTOH LAPORAN KUNJUNGAN INDUSTRI
LAPORAN HASIL OBSERVASI
KUNJUNGAN
PT. PRIMATEXCO INDONESIA dan
PT. PISMA PUTRA TEXTILE
DI
SUSUN OLEH :
1. Ina fatmawati (10)
2. Rindi nina anggraini
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan
Laporan Kunjungan Industri Di PT PRIMATEXCO INDONESIA Dan PT PISMA PUTRA
TEXTILE ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun penyusunan
Laporan Kunjungan Industri ini berdasarkan data-data yang diperoleh selama
melakukan Kunjungan Industri, buku – buku pedoman, serta data-data dan
keterangan dari pembimbing. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan
Kunjungan Industri ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Nur alimah . selaku kepala sekolah
yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Kunjungan
Industri
2.
Bapak Agung S.Pd selaku waka kesiswaan pembimbing
lapanganKunjungan
Industri ke Batang dan pekalongan telah membimbing kami selama berada
disana.
3. Ibu istinharoh. selaku ketua jurusan TPSB
5. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan
, terima kasih atas bantuan dan do’a restu yang berhubungan dengan kegiatan
Kunjungan Industri.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam
penyusunan laporan kunjungan industri masih banyak kekurangan. Karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan Praktik Industri ini.
Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat, khususnya bagi
diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.
Semarang , 17 januari 2017
Penyusun
DAFTAR
ISI
BAB I
Pendahuluan
·
LATAR
BELAKANG
a. PT PRIMATEXCO INDONESIA . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
b. PT PISMA PUTRA TEXTILE . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .
. . .. .. . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB II
·
PROSES
PRODUKSI
·
BAHAN
BAKU
a. PT PRIMATEXCO INDONESIA
b. PT PISMA PUTRA TEXTILE
·
PROSES
a. PT PRIMATEXCO INDONESIA
b. PT PISMA PUTRA TEXTILE
·
BAHAN
JADI
a. PT PRIMATEXCO INDONESIA
b. PT PISMA PUTRA TEXTILE
BAB III
PENUTUP
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
·
PT
PISMA PUTRA TEXTILE
Penyusun
PT. PISMA PUTRA TEKSTIL terhubung dengan PT. Pismatex TEKSTIL INDUSTRI sebuah
perusahaan tekstil yang didirikan pada tahun 1974 oleh almarhum Ghozi Salim
sebagai perusahaan perorangan yang memproduksi sarung dengan GAJAH DUDUK
sebagai tanda merek. Maka statusnya diubah menjadi Co Ltd dengan akte notaris
No. 1 Tanggal 1 Maret 1994 Notaris Soepirman Soetarman, SH Pekalongan.
Mengingat kebutuhan bahan dengan kuantitas dan kualitas yang selalu meningkat
dan harga yang kompetitif, manajemen mulai berpikir untuk membangun pabrik
pabrik pemintalan untuk memasok barang ke PT. PISMATEX INDUSTRI TEKSTIL.
Pembentukan pabrik pemintalan
ini, dari mengatur penempatan ke proses konstruksi dimulai sejak tahun 1994.
Namun dengan beberapa pertimbangan, pembangunan proyek baru dimulai pada tahun
1997. Secara resmi dinyatakan (Soepirman Soetarman, sertifikat SH No. 35
Tanggal 14 Juni 1994) pada 26 Februari 2000 oleh Menteri dalam Negeri
Indonesia, Mr. Soerjadi Soedirdja kembali hadir Presiden Indonesia, Bapak
Abdurrahman Wahid.
PT. PISMA PUTRA TEKSTIL
beralamat di Jl. Raya Pait Km. 10 Pekalongan 51155, Jawa Tengah, Indonesia
mulai dengan kapasitas 30.000 mata pintal untuk berputar. Sekarang PT. PISMA
PUTRA TEKSTIL berjalan dengan total kapasitas 104320 mata pintal dengan
kapasitas produksi 10.500 Bales per bulan.
PT. PISMA PUTRA TEKSTIL menjual
produksi PT. PISMATEX TEKSTIL INDUSTRI dan beberapa pabrik di Pasar Lokal
Indonesia secara rutin. Produk ini juga diekspor ke berbagai negara di dunia
dan kualitas yang baik disetujui di pasar internasional. Dari total produksi
40% memasok ke PT. PISMATEX TEKSTIL INDUSTRI, 20% untuk pasar lokal, 40% untuk
ekspor.
Visi dan Misi PT Pisma Putra
Textile
Visi :
Menjadi Indrustri Spinning
Terbaik di Jawa Tengah.
Misi
Memberikan layanan terbaik dan profesional
untuk memenuhi kepuasan pelanggan.
Menciptakan dan mengembangkan produk-produk
inovatif dan berkualitas dengan harga bersaing.
Menghasilkan laba yang dapat mendukung
pengembangan usaha.
Bermitra dengan stakeholder (Karyawan,
Pelanggan, Masyarakat, dan Pemegang Saham) untuk mewujudkan kesejahteraan
bersama yang lebih baik.
A. Sejarah Singkat Berdirinya PT. PRIMATEXCO
INDONESIA
Pada zaman pendudukan Belanda,
sentra-sentra produksi Batik di Indonesia (Pekalongan, Yogyakarta, Solo,
Tasikmalaya, Cirebon, Ponorogo, dll) mendapatpasokan bahan baku produksi,
seperti kain dan obat-obatan (termasuk lilin) dari para pengusaha (mayoritas
etnis Cina) yang bekerja sama dengan Pemerintahan Belanda. Akan tetapi, hal ini
mengakibatkan para pengusaha memainkan harga sesuai keinginan mereka, sehingga
merugikan perajin-perajin batik di Indonesia.
Akhirnya, para perajin sepakat
untuk mendirikan koperasi batik yang kemudian tergabung dalam GKBI ( Gabungan
Koperasi Batik Indonesia ). GKBI ingin menyediakan bahan baku produksi sendiri,
tanpa mengandalkan bantuan para penguasa ataupun impor dari luar negeri. GKBI
mulai mendirikan perusahaan tekstil di Medari, Sleman, Yogyakarta.Kemudian
diikuti Primatexco di daerah Batang.
PT. Primatexco Indonesia
merupakan suatu perusahaan tekstil dengan status Join V`enture atau kerja sama
antar negara, yang memproduksi kain mori untuk bahan baku batik. Perusahaan ini
resmi didirikan pada tanggal 1 Juni 1971berdasarkan Akte Notaris Raden Soerojo,
Wongsowidjojo, SH. No. 1 Tanggal 1 Juni
1971yang telah dimuat dalam tambahan Berita Negara RI Tanggal 24 Desember 1971
No. 103. Pendirian dilakukan setelah ada persetujuan dari Presiden Republik
Indonesia saat itu dengan No. B 28/Pres/2/71 serta surat keputusan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia No. 155/M/SK//IV/71 tertanggal 2 April 1971.
Nomor Ijin Usaha Tekstil PT. Primatexco Indonesia yang pertama bernomor
596/DJAI/IUT-II/PMA/XII/1987 tanggal.5 Desember 1987, sedangkan yang terakhir
bernomor 53/T/INDUSTRI/1996 tanggal 3 September 1996, beralamat di Sambong
Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
B. Identitas Perusahaan
1. Nama Perusahaan
PT Primatexco Indonesia
2. Pemegang Saham
Untuk pemegang saham dan
investasi sekarang ini, PT. Primatexco Indonesia tetap menjadi perusahaan PMA
dengan komposisi kepemilikan saham 51% untuk pemegang saham lokal PT. GKBI
Investment, sisanya dimiliki oleh perusahaan Jepang, yaitu Daiwabo Co. Ltd
(37,05%) dan Sojitz Coorporation (11,95%).
3. Presiden Direktur
Satoshi Otshuka
4. Alamat Perusahaan
PT Primatexco Indonesia
beralamat di Jl. Jenderal Urip Sumoharjo, Sambong, Batang
8. Visi dan Misi Perusahaan
a. Visi Perusahaan
“Menjadi pabrik tekstil terbaik
di dunia dan terpanjang usianya.”
b. Misi Perusahaan
1) Memproduksi tekstil bernilai tinggi untuk
pasaran internasional dan menunjang pembangunan Indonesia, meningkatkan
persahabatan yang harmonis bangsa Indonesia dan Jepang.
2) Memberikan kepuasan kepada pemegang saham
3) Memberikan kepuasan kepada pelanggan
4) Memberikan kepuasan kepada pemerintah
5) Memberikan kesejahteraan kepada karyawan
6) Memberikan manfaat kepada masyarakat
lingkungan perusahaan
9. Personalia
BAB II
PROSES PRODUKSI
Skema Proses Produksi
1. Blowroom
Merupakan proses pertama dalam
pembuatan benang. Di area blowing, mesin LAKSHMI, TRUTZSCHLER bekerja secara
otomatis membuka dan mengambil gumpalan serat kapas dari 25 hingga 30 bale
bahan baku. Untuk pembuatan benag TR, pada proses ini juga terjadi pencampuran
antara serat polyester dengan serat rayon dan terjadi pembersihan / pemisahan
serat dengan kotoran yang ada diserat. Blendomat akan menghasilkan pencampuran
serat yang rata. Setelah itu serat-serat yang telah tercampur menuju ruang
carding.
2. Carding
Dari ruang blowing, gumpalan serat yang
telah dibuika, diubah menjadi bentuk memanjang disebut sliver carding dengan
mesin LAKSHMI, TRUTZSCHLER. Dan untuk pertama kalinya terjadi pelurusan,
peregangan serta, serta terjadi pemisahan serta pendek dengan serat panjang.
Tujuan pemisahan tersebut untuk menjaga ahar kekuatan benang sesuai dengan yang
diharapkan. mesin carding ini mampu menghasilkan kualitas sliver yang baik
dengan nep yang rendah, kapasitas produksinya mencapai 65 kg/jam. Sliver yang
telah melewati proses carding tersusun rapi dan can yang secara otomatis pula
berganti setelah can penuh. Selanjutnya sliver carding menuju mesin drawing
breaker.
3. Drawing Breaker
Dari proses carding, sliver carding
diubah menjadi sliver drawing breaker, dimana terjadi proses peregangan dan
pen-sejajaran. Besarnya perbandingan antara serat dengan panjang sliver drawing
breaker ini akan berpengaruh pada nomor benang yang dihasilkan. Mesin RIETER,
TOYODA ini dilengkapi dengan auto leveler yang mampu menghasilkan sliver dengan
tingkat kerataan yang baik untuk selanjutnya dibawa ke mesin drawing finisher.
4. Drawing Finisher
Fungsi proses ini sama dengan fungsi
pada drawing breaker. Hasil dari mesin RIETER, TOYODA drawing finisher ini
disebut sliver drawing finisher, serat-serat yang ada didalamnya lebih lurus
serta sudah terpisah antara serat pendek dan serta panjang. Sama seperti
drawing breaker, drawing finisher juga mempunyai auto leveler yang dapat
menghasilkan sliver dengan tingkat kerataan baik. Selanjutnya sliver menuju ke
mesing roving.
5. Speed Frame
Setelah melewati proses drawing
finisher, bentuk sliver diubah menjadi memanjang dan lebih kecil, dinamakan
roving yang kemudian digulung dalam bobbin roving dengan menggunakan mesin
LAKSHMI, TOYODA, HOWA. Roving serat akan mengalami pen-sejajaran dan peregangan
kembali. Adapun besarnya perbandingan antara berat dan panjang roving akan
berpengaruh pada nomor benang yang akan dihasilkan. Selanjutnya bobbin roving
dibawa menuju ke mesin ring spinning.
6. Ring Spinning/
Ring Frame
Untuk menjadi benang, roving mengalami
proses peregangan, pemberian antihan/ twist dan penggulungan. Benang yang
dihasilkan ini digulung pada cop yang dibedakan warnanya. Hal ini dimaksudkan
agar tiap jenis nomor benang dapat dibedakan pula, sehingga terhindar dari
kekeliruan pada proses selanjutnya. Mesin ring spinning memiliki kapasitas 1008
spindle, dilengkapi dengan automatic droffing yang sudah maksimal gulungannya.
Kecepatan penggulungan mesin ini mencapai 15.000-17.000 rotation perminute.
Mesin RIETER, ZINSER, HOWA, TOYODA ring spinning dapat menghasilkan kualitas
benang yang baik untuk proses knitting (rajut) maupun weaving (tenun). Untuk
menghindari berhentinya mesin dalam waktu yang cukup lama, pada mesin ini
biasanya ada beberapa petugas yang khusus ditugaskan mengambil hasil proses
atau droffing.
7. Winding
Mesin LOEPE, MURATA Q-PRO, SAVIO ini
digunakan untuk memindahkan gulungan bebang dari cop ke cone sekaligus
menghilangkan bagian-bagian benang yang terlalau tebal maupun yang terlalu tipis
dalam panjang/berat tertentu dalam cone atau kelos. Cone bisa berupa paper cone
atau plastic cone untuk kemudian siap di packing atau masuk ke proses
selanjutnya. Mesin winding ini dilengkapi dengan yarn clearer uster quantum
dan loepe yang dapat menghasilkan benang dengan kualitas terbaik untuk
proses rajut atau tenun.
8. Doubling
Setelah proses winding selesai, benang
memasuki proses doubling. Doubling berfungsi untuk merangkap benang, disini
benang single diubah menjadi benang double dan gulungannya dipindah ke bobbin
silinder dengan ukuran yang telah ditentukan. Mesin MURATEC doubling juga
dilengkapi dengan yarn clearer yang berfungsi agar tidak terjadi penyimpangan
dari jumlah benang yang harus di doubling dan secara otomatis pula berhenti
jika benang yang sudah di rangkap kurang dari dua atau lebih.
9. TFO (Two for One)
Twister
Di area TFO, benang dari mesin
OERLIKON, MURATA, LEEWHA doubling diberi antihan/ twist, gulungannya
dipindahkan kembali ke cone. Mesin TFO dapat menghasilkan produksi dengan
varian twist yang rendah serta ditunjang dengan double winder yang dilengkapi
dengan yarn clearer untuk menunjang kualitas produksi yang baik, yang fungsinya
agar tidak terjadi penyimpangan dari jumlah benag yang harus di doubling.
Benang yang dihasilkan bisa menggunakan paper cone atau plastic cone untuk
kemudian siap packing.
10. Pengemasan
Setelah seluruh proses selesai, benang
dibawa menuju ruang ultra violet, quality control memeriksa kesempurnaan
gulungan benang, selanjutnya benang siap dipacking. Benang di kemas kedalam
karung atau dus/palet baik benang single yang dihasilkan dari mesin winding
atau benang double yang dihasilkan dari mesin TFO. Pada proses ini, benang
haruis benar-benar dipisahkan menurut jenis nomornya agar terhindar dari
komplain pihak konsumen.
A. Proses Produksi di PT. Primatexco Indonesia
1. Spinning
a) PROSES PEMBUATAN BENANG
Proses pembuatan benang ada
beberapa cara tergantung pada bahan baku yang diolah, namun pada prinsipnya
sama, yaitu membuat untaian serat-serat yang kontinyu dengan diameter dan
antihan teetentu.
Cara pembuatan benang yang
dilakukan industri kebanyakan adalah serat-serat dari alam ataupun sintetik
mengalami :
1) Pembukaan atau penguraian (Opening)
2) Pembersihan kotoran (Cleaning)
3) Penarikan (Drafting)
4) Pemberihan antihan (Twisting)
5) Penggulungan (Winding)
b) PROSES PEMINTALAN
Mula-mula serat mengalami
proses pencampuran, pembukaan dan pembersihan di mesin blowing, dan sebagai
hasil akhir berupa gulungan lap. Gulungan lap kemudian diolah pada mesin
Carding, lap akan mengalami proses pembukaan dan pembersihan lebih lanjut,
sehingga menjadi serat-serat individu.
Di samping itu serat-serat yang
sangat pendek terpisahkan dari serat-serat yang panjang, dan hasilnya berupa
sumbu yang disebut sliver.
Hasil sliver Carding keadaan
serat-seratnya masih belum lurus dan belum sejajar satu sama lain serta belum
rata. Untuk meluruskan dan mensejajarkan serat-serat serta meratakan slivernya,
maka beberapa sliver tersebut dirangkap dan disuapkan ke mesin Drawing. Jumlah
rangkapan biasanya antara 6-8 buah sliver.Pelurusan dan pensejajaran
serat-serat dilakukan dengan jalan penarikan oleh pasangan-pasangan rol-rol
penarik, dan hasilnya berupa sliver yang lebih rata.
Pengerjaan ini dilakukan 2-3
kali (passages) pada mesin Drawing, tergantung pada mutu benang yang
diinginkan. Hasil sliver Drawing kemudian dikerjakan padamesin Roving untuk
diperkecil diameternya. Untuk memberikan kekuatan pada roving agar dapat
digulung pada bobbin, maka pada Roving tersebut diberikan sedikit puntiran
(twist).
Akhirnya Roving tersebut
dikerjakan pada mesin pintal Ring Spinning hingga menjadi benang melalui proses
penarikan dan pemberian puntiran serta digulung pada bobbin. Untuk membuat
benang yang bermutu tinggi biasanya sesudah mangalami proses di mesin Carding
tidak langsung dikerjakan pada mesin Drawing, tetapi diproses dulu di mesin
Combing, dimana serat-serat yang pendek dipisahkan.
Pembuatan atau pemintalan serat
dari larutan polimer dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1) Pemintalan Cara Basah (Wet Spinning),
larutan polimer didalamnya disemprotkan melalui spinneret kedalam larutan yang
dapat memadatkan polimer atau turunan-turunan polimer.
Contohnya : rayon kuproamonuim,
rayon viskosa, kasein, polyvenil khlorida, polyvinil alkohol, poliakrionotril.
2.) Pemintalan Cara Kering (Dry
Spinning), Pembuatan filamen dilakukan dengan menyuapkan pelarut dari larutan
polimer. Pelarut dihilangkan dengan menyuapkannya ke udara atau pada gas-gas
yang sesuai biasanya gas inert. Contohnya :poliakrionitril, plivinil khlorida,
polivinil asetat, rayon asetat,rayon triasetat.
3.)Pemintalan Cara Lelehan
(Melt Spinning), Dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan polimer yang
diperoleh dari pemanasan serpih polimer, lelehan polimer disuapkan dengan
tekanan dengan kecepatan tetap melalui lubang-lubang spinneret, yang pada saat
pendinginan akan memadat. Filamen yang keluar akan membentuk satuan benang yang
kemudian digulung. Contohnya :nylon dan polyester.
Pada setiap pemintalan diatas
akan mengalami proses lanjutan yaitu :
a. Proses penarikan berfungsi untuk mengatur
diameter filamen dan menaikkan derajat
orientasi molekul-molekul polimer dan kristalitas serat.
b. Pengeringan berfungsi untuk serat dapat digunakan
untuk benag pintal dan lainnya
2. Weaving
Weaving adalah tahap kedua
setelah tahap spinning, atau biasa disebut juga tahap penenunan. Adapun rincian
prosesnya, yaitu :
a. Proses Warping
Proses warping merupakan tahap
penggulungan benang dari bentuk cheese menjadi bentuk beam. Proses
ini merupakan langkah pertama dalam proses persiapan. Hal yang
terpenting adalah pensejajaran
benang dalam bentuk
lapisan, dengan jarak antar benang disesuaikan dengan tetal lusi pada kain yang telah direncanakan.
Proses ini diikuti oleh adanya kesamaan tegangan antar benang dan cara
peletakan benang pada beam dengan baik.Warping dilakukan dengan memasang
benang-benang cheese pada rak sesuai jumlah yang telah direncanakan.
Selanjutnya, benang ditarik bersamaan dan digulung pada beam warping sampai
mencapai panjang benang maksimal dalam satu beam.
b. Proses Penganjian (Sizing)
Proses sizing (penganjian)
adalah proses pemberian larutan kanji pada benang lusi dengan tujuanuntuk
meningkatkan daya tenun, memeperbaiki
rasa rabaan,memeperbaiki mutu benang dari segi kekuatan, mulur, ketahanan
gesek, dan kelenturannya serta memindahkan benang- benang lusi
tunggal dari beam warping
ke beam sizing atau bisa disebut beam siap tenun. Prinsip proses
penganjian terdiri dari beberapa
tahap, yaitu :
benang- benang lusi ditarik, direndam dalam larutan kanji, dipress
dengan roll, dikeringkan, dan kemudian digulung ke dalam beam sizing.
c. Proses Reaching
Proses reaching disebut
juga proses pencucukan. Proses ini dilakukan apabila ada penggantian jenis kain
yang akan diproduksi pada mesin tenun
tertentu, atau yang lebih dikenal dengan
proses Kirkae. Bagian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pencucukan dan
penyisiran benang.
d. Proses Tenun
Proses tenun adalah proses menyilangkan benang-benang pakan di
antara jajaran benang Lusi, sehingga terbentukanyaman tertentu
sesuai desain kain tenun yang diinginkan. Beam sizing
dipasang pada mesin, sedangkan benang pakan diluncurkan dari luar
mesin..
3.Finishing
Finishing adalah tahap ketiga
setelah weaving, yaitu proses yang paling akhir atau proses penyelesaia. Adapun
rincian prosesnya, yaitu :
a. Piece Tying
Proses piece tying adalah
penyambungan ujung dari gulung kain dengan ujung dari gulungan yang lain dengan
cara dijahit.
b. Singeing
Proses singeing adalah
pencukuran bulu – bulu yang melekat pada kain.
c. Desizing.
Proses desizing adalah
penghilangan kanji pada kain kanji tersebut berasal dari proses sizing sebelum
benang ditenun.
d. Scouring
Proses scouring adalah proses
pembersihan yang dilakukan terhadap kotoran – kotoran maupun lemak geuk yang
menempel.
e. Bleaching
Prose bleaching adalah proses
pemutihan pada kain yang semula berwarna cokelat kusam setelah scouring
dilakukan.
f. Drying
Proses drying adalah proses
pengeringan untuk memperoleh lebar yang stabil.
g. Sizing
Proses sizing adalah proses
pengeringan terhadap kain dari hasil bleaching.
h. Stentering
Proses stentering adalah proses
pengeringan untuk memperoleh lebar yang stabil.
i. Calendering
Proses calendering adalah
proses penyeterikaan agar hasil dari proses strentering lebih rapi.
j. Inspection
Proses inspection adalah proses
pemeriksaan, apakah ada hasil yang rusak atau kotor.
k. Falding and Cutting
Proses falding and cutting
adalah proses pemotongan dan pelipatan dari hasil inspection.
l. Stramping
Proses stamping adalah proses
pengacapan merk, ukuran, dan juga pemasangan etiket. Kemudian proses yang terakhir
yaitu pemasaran.
·
Bahan jadi
Produk PT Pisma Putra
Textile
Hasil produksi PT. Pisma Putra Textile
berupa benang Polyester 100%, 100% Viscose dan benang campuran Polyester /
Viscose. Jenis cincin benang pintal:
POLYESTER 100%
VISCOSE 100%
POLYESTER / VISCOSE BLENDS
COUNT RANGE :
|
Dari Ne 10s sampai Ne 60s
|
POLYESTER :
|
Single dan Double
|
TWIST :
|
Normal dan High Twist
|
CATEGORY :
|
Raw White dan Black Melange
|
END USE :
|
Merajut, Tenun dan Industri
|
CONE WT :
|
1.60 Kgs Upto 3Kgs (1.60 Kgs +/- 10
gms without Knots)
|
PACKING :
|
Cartons dan Pallets Both
|
Raw White
|
Black Melange
|
Hasil Produksi
a. Benang
Kain yang berkualitas tinggi
dimulai dari benang. Pt. Primatexco Indonesia sangat menyadari akan hal ini.
Untuk itu PT. Primatexco Indonesia sengaja mengimpor kapas terbaik dari USA dan
Australia sebagai bahan baku benang yang akan diproduksi. Semenjak 34 tahun
yang lalu PT. Primatexco Indonesia konsisten dengan hanya memproduksi benang
dengan bahan 100% cotton. Hal ini dilakukan demi menjaga kualitas dan untuk
menjaga zero contamination.
Dengan 77.112 mata spindle, PT.
Primatexco Indonesia memproduksi 40.000 bale/tahun. Sebagian besar benang yang
diproduksi ditujukan untuk memenuhi kebutuhan weaving (dipakai sendiri). Oleh
karena itu, jenis benang yang diproduksi sangat bergantung kepada kebutuhan
unit weaving. Hanya sebagian kecil dari produksi benang yang dijual langsung ke
konsumen.
Daftar produk benang :
1. Benang Carded. meliputi :
a. CD 30’s
b. CD 40’s
2. Benang Combed, meliputi :
a. CM 30’s
b. CM 40’s
c. CM 50’s
d. CM 60’s
e. CM 80’s
b. Kain
Selain kain grey, PT. Primatexco Indonesia juga memproduksi kain
putih (PFD & PFP). Untuk menjamin kerataan dan kestabilan produk, PT.
Primatexco Indonesia menggunakan proses kontinyu dengan kapasitas produksi 6,5
juta yard per bulan. Keunggulan proses produksi PT. Primatexco Indonesia sudah dikenal dan
dipercaya sejak puluhan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
perusahaan lain yang mempercayakan proses pemutihan kain mereka di PT.
Primatexco Indonesia.
Sedangkan bahan yang dapat
diproses cukup bervariasi, yaitu :
1. 100% cotton
2. 100% rayon
3. 100% polyester
4. polyester cotton
5. polyester rayon
11. Pemasaran dan Distribusi
PT Primatexco Indonesia melakukan ekspor ke
berbagai negara di Asia, Eropa, dan Amerika, seperti Jepang, Hongkong, India,
Jerman, Inggris, Meksiko, dan lain-lain serta serta melayani penjualan domestik
dengan rasio penjualan sekitar 70% untuk pasar internasional dan 30% pasar
nasional.
BAB III
A. KESIMPULAN
Dengan
ini kami ucapkan banyak terimakasih aas pihak pihak yang telah mendukung kami
selama kunjungan industry sehingga kami mendapatkan pengalaman yang berharga
dan wawasan yang lebih luas lagi.
Komentar
Posting Komentar